Proses Pembentukan Urine

loading...
Proses pembentukan urine terjadi di dalam ginjal. Pembentukan urine ini terjadi melalui serangkaian proses filtrasi (penyaringan zat-zat sisa yang beracun), reabsorbsi (penyerapan kembali zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh), dan augmentasi (penambahan zat sisa yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh).

Filtrasi


Proses pembentukan urine diawali dengan proses filtrasi yang terjadi di dalam kapiler glomerulus, yaitu kapiler darah yang bergelung-gelung yang terdapat di dalam kapsula Bowman. Filtasi berlangsung pada saat darah masuk ke nefron melalui arteriola aferen. Pada saat darah melalui arteriola aferen ini, tekanan darah relatif cukup tinggi, sedangkan tekanan darah di arteriola eferen relatif cukup rendah.
 
Kondisi ini terjadi karena diameter arteriola aferen lebih besar dan ukurannya lebih pendek dari pada diameter arteriola eferen. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya proses filtrasi. Pada saat itu, berliter-liter darah didorong ke ruang glomerulus yang berukuran kecil.
 
Di glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit), membran basiler, dan epitel kapsula Bowman, yang dapat mempermudah proses filtrasi. Selain struktur glomerulus tersebut, faktor lain yang mempermudah proses filtrasi yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik. Tekanan hidrostatik yaitu tekanan darah terhadap dinding pembuluh. Sementara itu, tekanan osmotik adalah tekanan yang dikeluarkan oleh air (pelarut lain) pada mmebran filtrasi.
 
Permeabilitas membran ini 100-1000 kali lebih permeabel dibandingkan dengan permebealitas kapiler pada jaringan lain. Pada proses filtrasi ini, sel-sel darah, trombosit dan sebagian besar protein plasma disaring dan diikat agar tidak turut dikeluarkan. Sementara itu, zat-zat kecil terlarut dalam plasma darah seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
 
Hasil saringan tersebut merupakan urine primer (filtrat glomerulus). Jadi, urine primer komposisinya masih serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein dan tidak mengandung elemen seluler, contoh sel darah merah. Cairan filtrasi dari glomerulus ini akan masuk ke tubulus dan mengalami reabsobsi.

 

Reabsorbsi


Pada proses reabsorbsi untuk pembentukan urine terjadi hal-hal sebagai berikut :
 

Reabsorbsi air


Pada keadaan normal, sekitar 99% dari air yang menembus membran filtrasi akan direabsorbsi sebelum mencapai ureter. Reabsobsi terjadi di tubulus kontortus proksimal yang dilakukan secara pasif melalui proses osmosis. Perlu kita ketahui bahwa setiap hari tubulus ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1.200 gram garam, dan 150 gram glukosa.
 

proses pembentukan urine

Reabsorbsi zat tertentu


Reabsorbsi zat-zat tertentu terjadi secara transpor aktif dan difusi. Zat-zat yang mengalami transpor aktif pada tubulus kontortus proksimal yaitu ion Na+, K+, PO-4, NO3-, glukosa dan asam amino. Ion Na+ mengalami difusi dari sel tubulus menuju pembuluh kapiler.
 
Difusi ini terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel tubulus. Difusi tersebut dapat meningkat karena permeabilitas sel tubulus yang tinggi terhadap ion natrium. Permeabilitas yang tinggi ini disebabkan oleh banyaknya mikrovili yang memperluas permukaan tubulus. Proses reabsorbsi ini memerlukan energi dan berlangsung terus menerus.
 

Reabsobsi zat yang penting bagi tubuh


Zat-zat yang penting bagi tubuh yang secara aktif direabsorbsi yaitu protein, asam amino, glukosa, asam asetoasetat, dan vitamin. Glukosa dan asam asetoasetat merupakan sumber energi, sedangkan protein dan asam amino merupakan bahan pengganti sel yang telah rusak. Zat-zat tersebut direabsorbsi secara aktif di tubulus kontortus proksimal sehingga tidak akan ditemukan lagi di lengkung Henle.
 
Pada saluran menurun lengkung Henle, reabsorbsi air terus berlanjut selama filtrat tersebut bergerak di sepajang tubula tersebut. Di saluran menurun ini, epitalium transpor sangat permeabel terhadap air, tetapi sangat tidak permeabel terhadap garam dan zat terlarut lainnya. berkebalikan dengan saluran menurun, saluran menaik lengkung Henle lebih permeabel terhadap garam dan tidak permeabel terhadap air.
 
Setelah terjadi reabsobsi di tubulus kontortus proksimal dan sepanjang saluran lengkung Henle, tubulus akan menghasilkan urine sekunder. Pada urine sekunder ini merupakan zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun akan bertambah, misalnya konsentrasi dari 0,03% dalam urine primer dapat menjadi 2% dalam urine sekunder.
 

Augmentasi


Proses pembentukan urine selanjutnya setelah reabsorbsi adalah augmentasi. Augmentasi atau sekresi tubular adalah proses penambahan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus kontortus distal. Sel-sel tubuh menyekresi ion hidrogen, ion kalium, amonium, urea, kreatinin, dan racun ke dalam lumen tubulus melalui proses difusi. Ion-ion ini kemudian menyatu dengan urine sekunder.
 
Penambahan ion hidrogen pada proses augmentasi sangat penting untuk menjga keseimbangan pH dalam darah. Jika pH dalam darah mulai turun, sekresi ion hidrogen akan meningkat sampai berada pada keadaan pH normal (7,3-7,4) dan urine yang dihasilkan memiliki pH sekitar 4,5-7,5.
 
Selain itu, pada tahap augmentasi ini terjadi proses pembersihan zat-zat sisa dari dalam tubuh. urine yang terbentuk akan disimpan sementara di kandung kemih. Setelah  itu, urine akan dikeluarkan dari tubuh melalui uretrea. Komposisi urine yang dikeluarkan yaitu 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain seperti pigmen empedu. Pigmen empedu ini berfungsi memberi warna pada urine.

Demikianlah penjelasan mengenai proses pembentukan urine yang terjadi di dalam ginjal. Semoga dengan tulisan ini kita bisa memahami proses pembentukan urine dan pentingnya keberadaan ginjal dalam tubuh manusia.
loading...